Selasa, 13 Mei 2014

[Garut CH 2] Candi Cangkuang nan Imut

Holaaaaaaaaaaaaaaaa epribadiiiiiiiiih .....:bye::bye: 

Mau ngelanjutin cerita liburan seputaran Garut kemaren nih . Jadi setelah puas di Kampung Naga, kita berdua mo ke Candi Cangkuang, yang masih berada di Garut tentunya, jadi kita balik arah ke Terminal Guntur naik Elf (sejenis mini bus kecil) dan ongkosnya cukup 25 ribu  untuk berdua *tapi kayanya 20 ribu juga masih bisa*, truss dilanjutin ama angkot tujuan Leles dengan 5000 saja perorangnya, dan turunnya di daerah alun - alun Leles.  Begitu turun dari angkot..kita rencananya mo naik delman aja ke Candi Cangkuang, karna berdasarkan informasi dari teman-teman kalo ga naik delman bisa naik ojek dan tarif nya juga sama - sama goceng ini kok. Naaah...yang serunya nih, belum juga nyebrang jalan, itu para tukang ojek dah pada nyamperin *berasa artess aja dikerubutin*, dan dengan senyum manisnya kita nolak dengan halus dong ya tawaran si tukang ojek itu, tapiiii mereka masih keukeuh aja, ampe ada yang bilang cuma ojek doang yang bisa nganterin dan mereka juga bilang dah ga ada delman lagi...holaaaaaaa bang itu diseberang jalan ada kereta dengan kuda namanya apaa yaaah *mulai kesal nih* . Karna malas liatin para ojek itu, kita ngacir bentar ke Alfa mart, eeeh begitu keluar ternyata dah di tungguin aja gitu di depannya, dan tetap dengan keukeuhnya nyuruh kita naik itu ojek dengan tarif 20ribu, idiiiih maksaaa . Sorry ya jack, kita kan mau menikmati naik delman.

Setelah lepas dari para ojekrazzi ituh, akhirnya kita bisa menikmati juga pemandangan menuju Candi Cangkuang dengan berdelman ria, manalah udaranya mendung - mendung ringan ples sepoy - sepoy pless dapat asisten delmannya yang kiyut dan gembull pulaaaa..yuuuk aah...tariiiik maaaang.  



fauzan si asisten tukang delman nan chubby
Perjalanan dengan delman menuju Candi Cangkuang sekitar 20 menitan. Untuk tiket masuk ke candi sendiri cuma 3000 perak, dan untuk menyebrang dengan perahu itu 4000 perak saja untuk pulang pergi, muraahkan.  Berhubung waktu datang baru kita bedua yang belum nyebrang, jadilah kita harus menunggu beberapa orang dulu, dan untungnya gak pake lama, datanglah rombongan nini-nini ibu - ibu pengajian dari Bekasi, uuiiiiiih ruaaaaaamenya, mana mereka ga kalah narsisnya loh ma kita - kita yang masih awet muda ini, dan jadilah hari itu aku alih profesi bentar jadi photografer dadakan, tapi supaya aku dan uli bisa puas berfoto ria di TKP kita harus jalan duluan sebelum rombongan ibu - ibu itu datang, ...hahhaahaa seeeruuu jugaaa....:grin:.

Sampan / Perahu penyebrangan menuju Candi Cangkuang


Candi Cangkuang ini terletak di tengah - tengah danau, makanya kita harus menyebrang dulu. Kata 'Cangkuang' sendiri merupakan nama tanaman sejenis pandan (pandanus furcatus), yang banyak terdapat disana dan sering dipergunakan untuk membuat tudung, tikar atau pembungkus.

Kalo ngomongin sejarahnya, jadi Candi Cangkuang ini merupakan candi Hindu pertama yang ditemukan di daerah sunda dan di claim sebagai satu - satunya candi Hindu yang ada di tanah sunda. Candinya sendiri ga besar seperti Borobudur ato Prambanan yaa, malah cenderung imut untuk sebuah candi. Letaknya bersebelahan dengan makam Mbah Arief Muhammad yang dipercaya adalah seorang tokoh yang membawa ajaran Islam dan leluhur penduduk Desa Cakuang.

Candi Cangkuang
 
Cara penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Arief Muhammad ini, tidak melalui kekerasan tapi lebih ke keluargaan dan persuasif, itu terbukti dengan tetap berdirinya Candi Cangkuang sebagai warisan budaya dari peradapan Hindu. Bukti sejarah masuknya Islam ke daerah ini dibuktikan dengan adanya peninggalan berupa Al-quran dan Naskah ilmu Fiqih yang di buat di atas kulit kayu, serta naskah khutbah dari kulit kambing. Diseputaran candi ini, ada sebuah museum mini yang berisikan peninggalan - peninggalan bersejarah pada zamannya Arief Muhammad, seperti silsilah keluarga Arief Muhammad (lukisan beliow juga ada kok), dan beberapa kuncen akan menceritakan bagaimana asal - muasal adanya Kampung Pulo iniih.

Al-quran yang ditulis diatas kulit kayu
Bersama on kuncen (lupa namanya)  ;)
 
Arief Muhammad sendiri mempunyai 7 orang anak yang terdiri dari 1orang anak laki - laki dan 6 orang anak perempuan, dimana setiap anaknya ini diberi rumah masing - masing, untuk anak perempuan dengan interior yang sama dan untuk anak laki - lakinya diberi sebuah bangunan yang dijadikan mushola, karena anak lelaki Mbah Arief ini meninggal karena kecelakaan disaat hajatan sunatnya,  dan ketujuh bangunan ini merupakan cikal bakal Kampung Pulo, dimana tidak boleh ada penambahan dan pengurangan dari segi bangunan, jadi dari dulu ya segitu - segitu aja. Untuk susunannya, setelah memasuki gerbang, ada sebuah Musholla dan setelahnya ada 3 rumah yang saling berhadap - hadapanan. Truss, kalau ada anggota keluarganya  yang menikah, mereka dikasi waktu selama 2 minggu untuk meninggalkan rumah tersebut dan bakalan boleh menempati kembali itu rumah apabila ada anggota keluarga yang meninggal dan itu pun hanya keterunan perempuannya saja, hal ini dilakukan demi menjaga kelestarian adat dari nenek moyang mereka dulu. Selain itu kebiasaan yang masih dipegang kukuh adalah tidak bolehnya berziarah setiap hari Rabu, tetapi para wisatawan masih boleh datang untuk berwisata hari itu, asalkan tidak untuk ziarah.
Inkulturasi lain yang terjadi adalah masih digunakannya aturan-aturan adat setempat walaupun masyarakatnya telah memeluk agama Islam. Hal ini terrbukti dengan ditetapkannya hari Rabu sebagai hari besar masyarakat setempat, bukannya hari Jum’at. Pada hari Rabu masyarakat diwajibkan untuk hanya melakukan kegiatan keagamaan saja seperti mengaji, mendengar ceramah agama, dan belajar agama Islam. Aturan adat yag berlaku, pada hari Rabu orang dilarang berziarah di makam Arief Muhammad - See more at: http://candi1001.blogspot.com/2013/02/sejarah-candi-cangkuang-garut.html#sthash.6pvYuZtU.dpuf
Jika ada anggota keluarga yang menikah, keluarga baru itu pun harus segera pergi meninggalkan kampung adat tersebut dan diberi waktu paling lambat 2 minggu setelah pernikahan. Keluarga baru itu hanya boleh kembali ke kampung jika di kampung adat tersebut ada salah satu keluarga yang meninggal. Itu pun hanya anak wanita yang diijinkan - See more at: http://candi1001.blogspot.com/2013/02/sejarah-candi-cangkuang-garut.html#sthash.6pvYuZtU.dpuf

Kampung Pulo
Setelah puass ngider - ngider, sambil liat - liat souvenir yang dijual disana. Sekarang waktunya pulang..soalnya mo ngejar jadwal delman niih yang katanya cuma ampe jam lima aja. Tapiii rencana itu tinggallah rencana, karna eh karna, pas waktu kita (aku, uli dan rombonagan ibu - ibu tadi),  nungguin si perahu yang udah nyebrangin kita tadi datangnya agak telat, jadilah akhirnya kita nyampe diseberang udah magrib aja. Setelah sholat magrib, pas keluar mesjid, baru deh rada - rada bingung dikit, soalnya delman ga ada, apalagi ojek......hahahaha kayanya kalo ketauan ama tukang ojek yang tadi, dia bakalan puas memandangi kita yang ga tau mo balik pake apa. But, it's not me kalo ga punya keberanian nyeleneh disaat - saat kritis . Yoiiiii dengan santainya aku nyamperin si tukang parkir disana, yang niat awalnya sih cuma mo nanyain kalo tukang ojek mangkalnya dimana yaah, dan ternyata oh ternyata memang benar kalo dah jam segitu udah ga ada lagi yang namanya tukang ojek, dan dengan manisnya aku minta tolong ke abang tukang parkir itu untuk nyariin tukang ojek dadakan dan berhasiiiiiiiiiil, hatur nuhun maaaang. Sebenarnya sempat terlintas mo numpang di bis nya ibu - ibu tadi, wong kita sudah merasa dekat selayaknya model dan photographer nya kan yaa, tapi ya gitu deeh...akukan pemaluuuu :blush2:. Daaaan ternyata kita iring - iringan dong dengan bisnya mereka, dan pas ibu - ibu itu ngelewatin kita untuk terakhir kalinya, pada kompakan aja dong mereka nge dadaaah - dadahiiiin kita rame - rame dari dalam bis, woooow.....kaya gini ya rasanya jadi artess yang digandrungi para fans-nya  :laugh: :laugh: :malu2: hahahaha.

Syukur banget kita nunggu bis yang arah ke Bandung ga pake lama dan dijalanpun ga pake macet, lancar jayaa. Akhirnya kita nyampe di Terminal Caheum sekitar jam 8-an, dan sebelum balik ke rumah masing - masing kita makan malam dulu di Nasi Goreng Mafia, yang lagi nge-Hits dikalangan anak muda seperti kita di Bandung dan ternyata ladaaaaaaaaaaaaa a.k.a pedesssssss cuy, kepedean siih pesen nya yang level tiga :laugh:.

Perjalanan sehari ini memang murah, meriah dan rame, daaan hasil dari jali - jali kali ini adalah suksess aja gutu selama 4 hari aku kraaam kakii...sungguh sakit ini kaki dibawa jalan....ohmaygat....:wacko: ketauan deh yang udah ga pernah olahraga lagiii   :hide:




4 komentar: